TUGAS MAKALAH
TENTANG INSEMINASI BUATAN ( IB ) TERHADAP FISIOLOGI DAN REPRODUKSI TERNAK
Disusun Oleh :
Yudi
Effriansyah
(05101004006)
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDERALAYA
2012
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Teknologi Inseminasi Buatan (IB) merupakan teknologi yang sudah lama
dikenal, namun masih relevan untuk digunakan sekarang ini. Inseminasi Buatan
(IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (sperma atau semen) yang
telah dicairkan dan telah diproses
terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina dengan
menggunakan metode dan alat khusus yang disebut 'insemination gun'.
Teknologi Inseminasi Buatan (IB) telah sejak dahulu berkembang di masyarakat
peternak,terutama sapi perah, karena teknologi tersebut telah mampu memperbaiki
mutu genetik ternak sapi perah. Dalam hal pelaksanaan program 1B, maka beberapa
faktor sangat berpengaruh terhadap keberhasilan program tersebut. Adapun
faktor-faktor yang berpengaruh adalah faktor betina, faktor semen beku dan
faktor sumber daya manusia (SDM) dalam hal ini inseminator. Induk betina akan
merespon program 113 apabila saat dilakukan IB kondisi induk sedang dalam keadaan
estrus (berahi), untuk betina dara sudah dalam usia dewasa kelamin, serta
memang si induk tersebut tidak mempunyai catatan penyakit terutama penyakit
reproduksi .Inseminasi Buatan didefinisikan sebagai proses memasukkan semen ke
dalam organ reproduksi betina dengan menggunakan alat inseminasi . Prosesnya
secara luas mencakup penampungan semen, pengenceran dan pengawetan semen sampai
pada deposisi semen ke dalam saluran reproduksi betina (Ax et al.,, 2000) . Selanjutnya
dikemukakan bahwa bila dibandingkan dengan perkawinan secara alami, IB memiliki
banyak keuntungan walaupun ada kelemahannya. Keuntungannya adalah 113 dapat mempercepat
penyebaran dan peningkatan mutu genetik ternak . Melalui penggunaan
bioteknologi IB, efisiensi penggunaan pejantan unggul yang terbatas jumlahnya
dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan semen secara optimal . Perkawinan yang
dilakukan dengan menggunakan teknologi IB, memungkinkan seekor pejantan untuk
mengawini lebih banyak betina daripada perkawinan alami yang dapat
dilakukannya. Selain itu, melalui teknologi IB potensi genetik seekor pejantan
unggul dapat tersebar luas, tidak hanya pada daerah tempat pejantan itu berada
tetapi juga pada daerah lainnya yang terpisah oleh jarak dan waktu .
Inseminasi Buatan diperkenalkan pertama kali di Indonesia oleh Prof. B .
Seit dari Denmark di FKH dan Lembaga Penelitian Peternakan Bogor . Saat itu,
Fakultas Kedokteran Hewan dan Lembaga Penelitian Peternakan berfungsi sebagai
pusat inseminasi buatan yang melayani ' peternak di Bogor dan sekitarnya .
Pelaksanaan Inseminasi buatan di Jawa Tengah mulai dilaksanakan pada tahun 1953
oleh dua Bali Pembenihan Ternak yaitu di Mirit dan Sidomulyo. Kegiatan IB di
Mirit bertujuan untuk intensifikasi Ongolisasi dengan menggunakan pejantan
Sumba Ongole (S.O), sedangkan di Ungaran bertujuan untuk peningkatan produksi
susu yang menggunakan pejantan Frisian Holstein (F.H)(Toelihere, 1985). Pertama
kali semen beku masuk ke Indonesia pada tahun 1973 dan telah digunakan dalam
inseminsai pada sapi perah maupun sapi potong di Indonesia . Hasil Survey
EvaluasiKegiatan IB pada sapi Jawa 1972 - 1974, yang telah dilaksanakan pada
permulaan tahun 1974 dalam rangka kerjasama antara Direktorat Jendral Peternakan
IPB, Bogor dan Fakultas Peternakan Unpad, Bandung, menunjukkan persentase
konsepsi semen beku eks impor yang dicapai selama dua tahun masih sangat rendah
yaitu 21,30 sampai 38,92 prosen. Beberapa penyebab ketidaksuburan sapi-sapi
betina di Indonesia diduga sebagai akibat dari kurangnya patologik saluran
kelamin betina dan merajalelanya penyakit kelamin, sehingga diperlukan penyempurnaan
organisasi IB, perbaikan sarana, intensif dan peningkatan mutu pengetahuan dan
keterampilan inseminator.
Pelaksanaan kegiatan Inseminasi Buatan (IB) merupakan salah
satu upayapenerapan teknologi tepat guna yang merupakan pilihan utama
untukpeningkatan populasi dan mutu genetik ternak. Melalui kegiatan
IB,penyebaran bibit unggul ternak sapi dapat dilakukan dengan murah,mudah dan
cepat, serta diharapkan dapat meningkatkan pendapatanpara peternak.
2.
Tujuan
Yang dimaksud
dengan Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik
untuk memasukkan mani (spermatozoa atau semen) yang telah dicairkan dan telah
diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat
kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut ‘insemination
gun‘.
Tujuan
Inseminasi Buatan
a) Memperbaiki
mutu genetika ternak;
b) Tidak
mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat yang dibutuhkan sehingga
mengurangi biaya ;
c) Mengoptimalkan
penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang
lebih lama;
d) Meningkatkan
angka kelahiran dengan cepat dan teratur;
e) Mencegah
penularan / penyebaran penyakit kelamin.
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Hafez (1993) Inseminasi Buatan (IB) adalah proses
memasukkan sperma ke dalam saluran reproduksi betina dengan tujuan untuk
membuat betina jadi bunting tanpa perlu terjadi perkawinan alami. Konsep dasar
dari teknologi ini adalah bahwa seekor pejantan secara alamiah memproduksi
puluhan milyar sel kelamin jantan (spermatozoa) per hari, sedangkan untuk
membuahi satu sel telur (oosit) pada hewan betina diperlukan hanya satu
spermatozoa. Potensi yang dimiliki seekor pejantan sebagai sumber informasi genetik,
terutama yang unggul, dapat dimanfaatkan secara efisien untuk membuahi banyak
betina.
Keberhasilan IB pada ternak
ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu kualitas semen beku (straw), keadaan
sapi betina sebagai akseptor IB, ketepatan IB, dan keterampilan tenaga
pelaksana (inseminator). Faktor ini berhubungan satu dengan yang lain dan bila
salah satu nilainya rendah akan menyebabkan hasil IB juga akan rendah, dalam
pengertian efisiensi produksi dan reproduksi tidak optimal (Toelihere, 1997).
Menurut Ihsan, (1992 : 51) saat yang baik melakukan IB adalah saat sapi
betina menunjukkan tanda-tanda birahi, petani ternak pada umumnya mengetahui
tingkah laku ternak yang sedang birahi yang dikenal dengan istilah : 4A, 2B,
1C, 4A, yang dimasud adalah abang, abu, anget, dan arep artinya alat kelamin
yang berwarna merah membengkak kalau diraba terasa anget dan mau dinaiki, 2B
yang dimaksud adalah bengak-bengok dan berlendir artinya sapi betina sering
mengeluh dan pada alat kelaminnya terlihat adanya lendir transparan atau
jernih, 1C yang dimaksud adalah cingkrak-cingkrik artinya sapi betina yang
birahi akan menaiki atau diam jika dinaiki sapi lain.
Menurut Ihsan (1993), keuntungan IB sangat dikenal dan jauh melampaui
kerugian-kerugiannya jika tidak demikian tentu perkembangan IB sudah lama
terhenti dan keuntungan yang diperoleh dari IB yaitu :
1. Daya guna seekor pejantan yang
genetik unggul dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.
2. Terutama bagi peternak-peternak
kecil seperti umumnya ditemukan di Indonesia program IB sangat menghemat biaya
di samping dapat menghindari bahaya dan juga menghemat tenaga pemeliharaan
pejantan yang belum tentu merupakan pejantan terbaik untuk diternakkan.
3. Pejantan-pejatan yang dipakai
dalam IB telah diseleksi secara teliti dan ilmiah dari hasil perkawinan
betina-betina unggul dengan pejantan unggul pula.
4. Dapat mencegah penyakit menular
5. Calving Interval dapat diperpendek dan terjadi
penurunan jumlah betina yang kawin berulang.
Menurut Bandini (2004), Inseminasi Buatan adalah pemasukan atau
penyampaian semen ke dalam saluran kelamin betina dengan menggunakan alat-alat
buatan manusia, jadi bukan secara alam.
Dalam praktek prosedur IB tidak hanya meliputi deposisi atau penyampaian semen ke dalam saluran kelamin betina, tetapi juga tak lain mencakup seleksi dan pemeliharaan pejantan, penampungan, penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengangkutan semen, Inseminasi, pencatatan dan juga penentuan hasil inseminasi pada hewan betina, bimbingan dan penyuluhan pada ternak.
Dalam praktek prosedur IB tidak hanya meliputi deposisi atau penyampaian semen ke dalam saluran kelamin betina, tetapi juga tak lain mencakup seleksi dan pemeliharaan pejantan, penampungan, penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengangkutan semen, Inseminasi, pencatatan dan juga penentuan hasil inseminasi pada hewan betina, bimbingan dan penyuluhan pada ternak.
PEMBAHASAN
Pada saat ini terdapat dua metode perkawinan yaitu : kawin alam dan kawin
suntik atau inseminasi buatan (IB). IB telah diterima dan diterapkan pada sapi
terutama di Negara-negara maju. Demikian pula di indonesiasudah menjadi program
nasional yang strategis dengan menggunakan manic air yang dibekukan. Namun
demikian penerapan teknologi ini masih bermasalah yakni pengetahuan tentang
siklus reproduksi secara benar baik oleh peternak maupun petugas inseminator.
Yang dimaksud dengan siklus reproduksi
ialah rangkaian semua kejadian biologic kelamin yang belangsung secara
sambung menyambung hingga terlahir generasi baru. Proses biologi tersebut
meliputi :
1. Pubertas.
Suatu proses reproduksi akan berlangsung secara periodik dan terus
menerus, dimulai sejak tenak mengalami pubertas atau dewasa kelamin. Pada saat
itu ternak sudah dapat menghasilkan keturunan, karena pada saat itu organ
reproduksinya telah mampu memproduksi gamet-gamet yang masak. Jadi pubertas
pada ternak adalah suatu periode dalam kehidupan makhluk jantan atau betina
dimana proses proses reproduksi mulai terjadi. Pada saat inilah organ-organ
reproduksi mulai berfungsi. Pada ternak, pubertas ditandai dengan adanya
keinginan ternak untuk melakukan perkawinan. Umur dewasa kelamin pada setiap
jenis ternak tidak sama. Umur dewasa kelamin ini juga tergantung pada keadaan
iklim, keadaan makanan, heriditas dan tingkat pelepasan hormon.
2. Siklus
birahi
Proestrus ( Tahap ini dapat
terlihat, karena ditandai dengan sapi terlihat gelisah dan kadangkadang sapi
betina tersebut menaiki sapi betina yang
lain. Lamanya 3 hari. )
Estrus ( Pada tahap ini
sapi betina siap untuk dikawinkan (baik secara alam maupun IB). Ovulasi terjadi
15 jam setelah estrus selesai. Lama periode ini pada sapi adalah 12 - 24 jam.)
Metestrus ( Pada Waktu
setelah estrus berakhir, folikelnya masak, kemudian terjadi ovulasi diikuti dengan pertumbuhan /
pembentukan corpus luteum (badan
kuning). Lama periode ini 3 - 5 hari )
Diestrus ( DiestrusWaktu setelah metaestrus, corpus luteum
meningkat dan memproduksi hormon
progesteron. Periode ini paling lama berlangsungnya karena berhubungan dengan perkembangan dan
pematangan badan kuning, yaitu 13 hari.
Pada saat keadaan dewasa kelamin tercapai, aktivitas dalam indung telur (ovarium)
dimulai. Waktu estrus, ovum dibebaskan oleh ovarium. Setelah ovulasi terjadi,
bekas tempat ovarium tersebut itu
dipenuhi dengan sel khusus dan membentuk apa yang disebut corpus luteum
)
3. Lama birahi
Lama
berahi merupakan selang waktu mulai berahi, ditandai dengan munculnya berahi
sampai hilang tanda-tanda berahi. Lama berahi setiap jenis ternak berbeda beda.
Hal ini tergantung dari beberapa factor seperti umur, musim dan kehadiran
pejantan serta bobot badan.
4. Kebuntingan
Yang dimaksud kebuntingan dipandang dari segi teknis
sebenarnya dimulai sejak saat sel kelamin betina bersatu dengan sel kelamin
jantan di dalam saluran alat reproduksi paling atas atau ovoduct dan tepatnya
dibagian ampula. Frandson (1992) mengatakan bahwa kebuntingan berarti keadaan
dimana anak sedang berkembang di dalam uterus hewan betina. Satu periode
kebuntingan adalah periode dari mulai terjadinya fertilisasi sampai terjadinya
kelahiran normal. Pada ternak sapi fertilisasi terjadi setelah 11 sampai 15 jam
dari inseminasi/ perkawinan. Sedangkan untuk manusia, fertilisasi ini akan
terjadi 14 sampai 15 hari setelah terakhir menstruasi.n.
5. Kelahiran
Sapi yang layak untuk di IB memenuhi
syarat antara lain :
1. Sapi betina yang telah memenuhi umur pubertas.
2. Telah menunjukkan tanda-tanda birahi.
3. Sebaiknya induk memiliki tulang pelvis (pinggul ) yang lebar.
4. Jika kondisi induk sangat kecil gunakan semen sapi bali.
1. Sapi betina yang telah memenuhi umur pubertas.
2. Telah menunjukkan tanda-tanda birahi.
3. Sebaiknya induk memiliki tulang pelvis (pinggul ) yang lebar.
4. Jika kondisi induk sangat kecil gunakan semen sapi bali.
Tanda
tanda sapi betina birahi :
Sapi betina
yang sedang birahi akan tetap berdiri pada tempatnya jika seekor jantan
mendatangi dan menaikinya. Keadaan ini merupakan tanda umum dan seragam untuk
semua ternak. Tanda-tanda lain sapi betina yang sedang birahi sebagai berikut :
1. Sapi gelisah dan terlihat sangat tidak tenang.
2. Sapi sering menguak atau melenguh-lenguh.
3. Sapi mencoba menaiki sapi lain dan akan tetap diam bila
dinaiki sapi lain.
4. Pangkal
ekornya terangkat sedikit dan keluar lendir jernih transparan yang mengalir melalui vagina dan vulva.
5. Sapi dara
sering memperlihatkan perubahan warna pada vulvanya yang membengkak dan ke merah-merahan.
6. Sapi menjadi diam dan nafsu makannya berkurang. (Bandini,
2004 : 46).
Menurut Ihsan, (1992 : 51) saat yang baik melakukan IB
adalah saat sapi betina menunjukkan tanda-tanda birahi, petani ternak pada
umumnya mengetahui tingkah laku ternak yang sedang birahi yang dikenal dengan
istilah : 4A, 2B, 1C, 4A, yang dimasud adalah abang, abu, anget, dan arep
artinya alat kelamin yang berwarna merah membengkak kalau diraba terasa anget
dan mau dinaiki, 2B yang dimaksud adalah bengak-bengok dan berlendir artinya
sapi betina sering mengeluh dan pada alat kelaminnya terlihat adanya lendir
transparan atau jernih, 1C yang dimaksud adalah cingkrak-cingkrik artinya sapi
betina yang birahi akan menaiki atau diam jika dinaiki sapi lain.
Keuntungan inseminasi
buatan (IB) yaitu untuk menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan, dapat
mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik. mencegah terjadinya kawin sedarah
pada sapi betina, dengan peralatan dan teknologi yang baik sperma dapat simpan
dalam jangka waktu yang lama, semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa
tahun kemudian walaupun pejantan telah mati, menghindari kecelakaan yang
sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan terlalu besar, dan menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan dengan hubungan kelamin.
sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan terlalu besar, dan menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan dengan hubungan kelamin.
Kerugian inseminasi buatan (IB) yaitu apabila identifikasi birahi (estrus) dan waktu pelaksanaan IB tidak tepat maka tidak akan terjadi kebuntingan, akan terjadi kesulitan kelahiran, apabila semen beku yang digunakan berasal dari pejantan dengan breed/ turunan yang besar dan diinseminasikan pada sapi betina keturunan / breed kecil. bisa terjadi kawin sedarah apabila menggunakan semen beku dari pejantan yang sama dalam jangka waktu yang lama, dan dapat menyebabkan menurunnya sifat-sifat genetik yang jelek apabila pejantan donor tidak dipantau sifat genetiknya dengan baik (Soebadi, 1980).
Untuk mengetahui dampak pelaksanaan
IB terhadap peningkatan pendapatan para peternak, perlu diketahui terlebih
dahulu jumlah dan komposisi sapi perah yang dipelihara. Dalam usaha
pemeliharaan sapi perah, penerimaan yang utama adalah dari penjualan susu. Ada
tiga sumber penerimaan dalam usaha pemeliharan sapi perah, yaitu penjualan
susu, penjualan sapi-sapi afkir atau sapi-sapi yang tidak diproyeksikan sebagai
peremajaan dan dari penjualan kotoran sapi, berupa pupuk kandang. Susu
diproduksi oleh sapi-sapi perah yang produktif, yakni sapi-sapi induk yang
sedang berproduksi susu atau laktasi. Sapi laktasi yang baik, berproduksi susu
selama kira-kira 10 bulan, dan kemudian memasuki masa tidak berproduksi susu
atau masa kering selama sekitar 2 bulan (BARRET dan LARKIN, 1974).
Penutup
Kesimpulan
1. Hormon
Capriglandin dapat mempercepat siklus birahi.
2. Inseminasi Buatan adalah pemasukan atau
penyampaian semen ke dalam saluran kelamin betina dengan menggunakan alat-alat
buatan manusia, jadi bukan secara alam.
3. Sebelum
melakukan inseminasi, keadaan sapi harus dalam keadaan birahi.
4. Faktor
terpenting dalam pelaksanaan inseminasi adalah ketepatan waktu pemasukan
semen
pada puncak kesuburan ternak betina.
5.
Pengenjeksian
semen dilakukan kedalam cicin keempat (cornua).
6.Yang dimaksud dengan siklus reproduksi ialah rangkaian semua kejadian biologic
kelamin yang belangsung secara sambung menyambung hingga terlahir generasi
baru. Proses biologi tersebut meliputi : Pubertas., Siklus
birahi ( Proestrus,
Estrus , Metestrus,
Diestrus) ,.Lama birahi, Kebuntingan , Kelahiran
Saran
1.
Sapi
yang telah diinseminasi, sebaiknya tidak dilepas dahulu kedalam kelompok,
untuk mencegah kegagalan inseminasi
buatan.
2. Peternak diharapkan mengetahui dengan baik
gejala-gejala timbulnya birahi pada sapi, dan segera melaporkan pada
inseminator agar tidak terjadi keterlambatan inseminasi buatan.
3. Penyuluhan diharapkan dilakukan kepada masyarakat,
agar lebih mengetahui dan lebih paham dengan inseminasi buatan.
DAFTAR
PUSTAKA
Ax, R. L., M. R. Dally, B . A. Didion, R. W. Lenz, C. C.
Love, D . D . Varner, B . Hafez, and M. E .Bellin . (2000) . Semen Evaluation.
In E. S . E. Hafez and B . Hafez . Reproduction in FarmAnimals. 7hed.
Lippincott Williams & Wilkins . Philadelphia, Baltimore, New 'fork, London,Buenos
Aires, Hongkong, Sydney, Tokyo
BARRET, M. A. and P. J. LARKIN. 1974. Milk and Beef
Productions in the Tropics. Oxford University, Oxford.
Hafez, E.S.E. 1993. Artificial insemination. In: HAFEZ,
E.S.E. 1993. Reproduction in Farm Animals. 6 Th Ed. Lea & Febiger,
Philadelphia. Hal 424-439.
Partodiharjo, Soebadi. 1987. Pemulia Biakkan Ternak Sapi. PT
Gramedia, Jakarta.
Toelihere, M .
R. 1985. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Gramedia
Toelihere MR, 1985. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak.
Penerbit Angkasa, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar